Selasa, 01 November 2011

SUATU MALAM DI LAB ANATOMI


Rika memandang sekeliling ruang praktikum anatomy. Jam 6 sore dan langit sudah mulai gelap. Ruang praktikum masih dipenuhi ank - anak D3 kedokteran yang masih praktikum. Rika sendiri duduk si satu sis ruang oraktikum, menghadap kadaver (mayat yang diawetkan) yang masih komplit.

Rika adalah mahasiswi kedokteran tingakt 3 yang menjadi asisten dosen di bagian anatomy. Hari itu, tugasnya adalah membuka kadaver baru untuk praktikum mahasiswa berikutnya. seharusnya Rika melaksanakan tugasnya ini siang tadi, tapi teman-teman-nya memaksanya untuk ikut main bowling. Alhasil dia harus menyelesaikan-nya di sore hari, mungkin sampai malam.

Rika mendesah... ternyata ruang anatomi menyeramkan bila hari mulai gelap, pikrinya. Padahal dulu pas gue praktikum anatomi di siang hari, ruangan ini nggak seseram sekarang. Mungkin faktor siang ahri dan rame.... sedangkan D3 hanya 20 orang.
lebih baik gue menyelesaikan tugas yang diberikan Dr. Shanty dengan cepat. gue pengen cepet - cepet pergi dari sini. Berpikir begitu, Rika melanjutkan kerjanya; mengupas kulit kaku kadaver tsb dan membersikan lemak lemak subkutan (dibawah kulit)

Sekitar jam 7, anak anak d3 sudah selesai praktikum dan mulai berangsur - angsur pulang. Keadaan ruang anatomi makin menyeramkan. Sepi. Langit luar sudah gelap dan sepertinya kan hujan. Suara angin yang berhembus di celah - celah kecil dan bunyi geledek menambah seram keaadaan di sana.

Tapi itu semua masih okay, dosen - dosen masih ada yang di ruang dosen ataupun di ruang anatomi, dimana Rika berada, membereskan kadaver kadaver yang tadi dipakai praktikum. Jam 8 malam, dosen - dosen sudah pada pulang. Tinggal Dr. Shanty dan Dr. Grey. Mereka pun sudah bersiap - siap pulang.

"Rika, kamu sudah selesai?" tanya Dr. Shanty.

"Belum dok, sedikit lagi..."

"Oh... ya setidaknya selesaikanlah tungkai atas. kamu tinggal di asrama kan? jadi tidak ada kesulitan pulang kan?"

"I..Iya." Rika ragu. Bukan soal pulang yang g takutin, tapi ada di ruang anat pada jam segini. Mana udah mau ujan lagi.

"Makanya kamu seharusnya kerjakan tadi siang, biar nggak
kemalaman." Kata Dr.
Shanty seperti menyalahkan.

Sialan nih dokter. Bukan-nya suruh gue ngelanjutin besok malah keliatan seneng gue harus di sini. Emang salah gue sih. Harusnya tdi gue cuekin Alex cs en langsung ke ruang anat.

"Ya sudah. Aku tinggal dulu. Pak Joko sama si Amir bakalan ada di sini. Nanti setelah selesai suruh mereka kunci dan beres - beres." Kata Dr. Shanty. Pak Joko dan Amir itu adalah orang - orang pesuruh di bagian anatomy.

“iya dok” Rika menjawab dengan pasrah.

Setelah Dr. Shanty dan Dr. Grey pergi... Ruang anatomy jadi sepi total. Pak Joko lagi ada di bangsal potong dan Amir duduk di depan pintu ruang praktikum. Rika melihat sekeliling dan bergidik.
Selain kadaver yang sedang di tangani-nya, di meja - meja lain ada bebeparap kadaver yang sudah di keluarkan unutk praktikum besok. Dikeluarkan malam hari agar bau formalin-nya tidak terlalu menyengat.

Gila, gue nggak pernah nyaka bakalan harus kerja malem hari sambil ditemenin mayat, pikir Rika.

"Mbak Rika masih lama?" Tanya pak Joko yang baru keluar dair bangsal potong.

"Nggak juga sih pak, paling setengah jam lagi. Bapak mau pulang?" tanya Rika. Dia tau bahwa pak Joko dan Amir hanya menunggu untuknya selesai abru bisa pulang.

"Oh nggak nggak. Hari ini memang saya harus lembur. Ada mayat baru dari forensik mau masuk" kata Pak Joko.

"Mayat baru?"

"Iya mau diawetkan..."

"Ohhh..." Rika hanya meng-oohhh.

Sumpe loe... mayat baru??? Kadaver aja udah serem banget... apa lagi mayat baru... pikir Rika

Saat itu juga, di depan ruang praktikum anatomy datang dua orang dengan meja dorong dengan katung hitam sebesar tubuh manusia dewasa di atasnya. "Wah itu udah dateng... saya liat ke sana dulu ya mbak." Kata pak Joko.

"Iya..."

Pak Joko meninggalkan Rika yang melanjutkan kerjanya. Tak berepa lama kemudian dia masuk lagi dengan Amir dan kedua orang forensik dan kantung mayat itu. Mereka memindahkan mayat tersebut ke meja yang ada di ruang praktikum itu dan membuka kanungnya. Setelah itu kedua orang forensik itupun pergi.

Rika yang penasaran berdiri dari tempatnya dan mendekati meja mayat baru itu. "Mayat ini mau diapakan?" Tanya Rika. Dia menutup hidungnya. Bau mayat itu membuatnya ingin muntah. Dan wajah pucat mayat laki - laki stengah baya itu membuat bulu kuduk Rika berdiri.

"Ya diawetkan... seperti yang tadi saya bilang." Kata pak Joko. "Untung yang ini matinya secara alami... jadi nggak begitu susah untuk diawetkan. Coba kalo karena perdarahan ataupun gagal jantung."

"Emang diawetkannya gimana?" tanya Rika.

"Ya pertama... darahnya dikeringkan lalu disuntik formalin baru direndem di formalin selama berhari - hari." Jelas pak Joko dengan singkat.

"Ohhh..." lagi - lagi Rika hanya bisa meng-ooohhh. "Ya udah pak... saya kembali kerja lagi ya." kata Rika.

"Oh iya... silakan silakan." Kata pak Joko.

Kehadiran mayat itu di ruang praktikum anat membuat resah Rika, tapi kenyataan bahwa setidaknya pak Joko dan Amir juga ada di ruang tsb membuatnya agak tenang. Setidaknya dia tidak sendiri dengan mayat - mayat yang sudah diawetkan.

Bunyi geledek makin sering dan kilat petir menyambar. Hujan pun mulai turun... Ah great!!! Perfect!!! pikir Rika. Cocok banget untuk film horror...

Tapi petir dan geledek dan kilat dan hujan belum seberapa. Tak lama kemudian... bersamaan dengan petir yang mengelegar dan kilat yang berkilat.... lampu ruang anatomi mati. Lampu seluruh bagian anatomi mati....

Rika mengeluarkan suara kaget yang terdengar seperti anak anjing yang kesakitan.

"Wah mati lampu." Rika mendengar suara Amir dari seberang, dimana dia bersama pak Joko sedang mengurusi mayat baru.

"Waduh... memang udah lama sakelarnya bermasalah." ujar pak Joko.

"Aduh gelap banget... gimana nih pak?" Tanya Rika dengan suara bergetar ketakutan.

"Mbak Rika tenag aja. Bapak akan segera periksa." Kata pak Joko.

"Aduh, aku jangan di tinggal sendiri." kata Rika.

"Si Amir ada di sini kok." kata Pak Joko... dia menyalakan lighter dan menuju laci meja kerja petugas piket. Dia mengeluarkan beberapa lilin dan menyalakan mereka. Dia menaruh dua lilin di dekat Rika, dan dua di dekat Amir dan si mayat.

"Sebentar ya Mbak. Saya nyalakan lagi. Lebih baik Mbak Rika jangan mengerjakan dulu. Takut nanti malah mbak Rika terluka dengan pisau potong." Wanti pak Joko.

Ye.... siapa juga yang mau kerja kalo gelap begini. Pikir Rika. Tapi dia hanya mengangguk dan mengiyakan dengan suara pelan.

Rika melihat ke arah Amir berdiri. Ditengah remang - remang cahaya lilin, Amir dan mayat tersebut terlihat lebih seram. Sambil bergidik Rika memalingkan muka dan pandangannya jatuh pada kadaver di depan-nya. Mayat juga... menyeramkan. Akhirnya Rika memutuskan untuk melihat langit - langit. Tapi juga tidak membantu... langit - langit sangat gelap... hitam pekat.... seperti ada dimensi lain di sana.

"Klontang Klontang klang bluk tang jeng" tiba - tiba ada rentetan suara keras seperti barang - barang terbuat dari besi jatuh menimpa sesuatu.

"Ya ampun." Rika terpanjat kaget. "Apa itu?"

"Nggak tau. Saya lihat dulu ya mbak." Kata Amir.

"Eh... lihat di mana?" Tanya Rika konyol. Dia ketakutan setengah mati. Jantungnya berdegup kencang.

"Ya di luar... jangan - jangan ada maling."

"Aduh jangan... nanti saja kalau lampu udah nyala."

"Nanti keburu kecolongan..."

"Tapi aku takut sendiri."

"Nggak apa - apa kok mbak. Cuma sebentar." sambil berkata begitu, Amir mengambil satu lilin dan keluar dari ruang praktikum tersebut.

Addduuuhh.... sendirian di kamar penuh mayat... mati lampu... kok bisa sih g terpuruk seperti ini??? Tinggal nunggu hantu-nya keluar nih... pikir Rika Dia bergidik.... Ih... jangan sampe... Udah - udah Rik, jangan pikir yang macem - macem... mending mikirin Tom Cruise... kata Rika pada diri sendiri... berharap itu dapat membantu...

Tapi Rika tahu, semua orang yang pernah mengalami hal menakutkan tahu, Gue sendiri (sang penulis) tahu bahwa memikirkan Tom Cruise sama sekali tidak membantu mengurangi rasa takut dalam keadaan seperti itu...

Rika menguman lagu 'cobalah untuk setia' by KD. Dia berharap itu bisa mengusir rasa takut. Tiba - tiba saja lilin yang ada si samping mayat baru yang di tinggalkan Amir mati....
Rika merasa jantungnya sebentar lagi akan meledak. Pasti ada alasan logis. Kan lagi hujan.. pasti tadi diterpa angin. pikir Rika.

"Grusak..." sekali lagi dengan tiba - tiba ada suara dari unjung ruang lab. Tepatnya setelah si mayat baru itu.
Apa itu??? pikir Rika. Adddduuhhh.... gue bisa bener - bener pingsan nih.

"Grusak..." lagi - lagi suara itu. tapi kali ini di lanjutkan suara seretan.. "sret" "Grusak...sret" "Grusak sret" beberapa kali suara itu terus - terusan ada.

"Pak Joko.... Amir... di mana kalian???" Jerit Rika frustasi, memanggil Pak Joko dan Amir..

"Grusak sret"

"Aku takut nih!!! Cepetan balik dong." Rika berkata lagi... rasanya dia akan menangis sebentar lagi.
"Grusak sret"

Rika memberanikan diri untuk melihat ke arah suara tersbut. Mungkin hanya jendela terbuka yang tertiup angin, dia berharap. Pandanganya menyapu ke ujung ruang... melewati tempat mayat baru itu berbaring...

Ada bayangan... sesuatu atau seseorang...

Rika bergidik.

Suara "grusak sret" tidak terdengar lagi.

Apa itu pikirnya....

Setakut - takut-nya Rika, tidak bisa menahan rasa ingin tahu-nya. Dia sangat penasaran. Dengan hati – hati Rika menangkat salah satu lilin yang ada di dekatnya. Dengan perlahan - lahan dan hati - hati dia berjalan menuju asal muasal suara aneh itu. Dan tempat dia melihat bayangan yang nggak jelas itu...

Pelan - pelan sekali, hati - hati sekali Rika berjalan diantara meja - meja yang ada kadaver-nya. Di tengah jalan dia merasakan angin berhembus di belakangnya dan ketika dia berbalik, dia melihat lilin satu lagi yang dia tinggalkan dekat kadaver tadi sudah mati.

Aaammmpppuuunnn... Nggak lagi deh gue kerja malem malem di bagian anatomy... serem!!!

Apa mending gue sekarang kabur ke asrama aja???

Tapi, seperti yang tadi sudah disebut... rasa takut Rika tidak bisa menekan rasa penasaran-nya.
Dia maju lagi perlahan - lahan.

Ketika dia sampai di sebelah meja yang ada mayat baru, dia melihat sekilas ke arah mayat baru itu.

Kok sepertinya mayatnya agak kegeser ya? pikir Rika...
Ah kacau - kacau... gue udah mulai mikir yang aneh aneh...
kalaupun bergeser, pasti tadi pak Joko yang ngegeser.
Lalu Rika pun lanjut jalan ke ujung ruangan.

Dia hanya beberapa meter dari bayangan yang tadi dia lihat. Dia berhenti. kakinya berat seperti batu. Memang tidak jelas bentuk bayangan itu apa tapi setidaknya lebih jelas dari pada dari kejauhan.

Bayangan itu seperti seseorang dengan pakaian putih yang duduk di kursi... atau sesuatu yang ditutupi kain putih sehingga terlihat seperti orang dengan dengan selendang putih.

Rika ragu untuk melanjutkan jalan-nya. Bagaimana nanti dia melihat yang seharusnya tak dilihatnya??? Tapi dia akan penasaran dan tidak bisa tidur nanti malem karena pasti dia akan tetap mengira bayangan itu adalah hantu.

Pasti nanti pas gue deketin trus ternyata hanya alat - alat perlengkapan yang ditutup kain, gue akan merasa silly banget.
Dengan berpikir seperti itu, Rika hendak melanjutkan jalan-nya. Ketika itu juga, kilat menyambar dan Rika dapat melihat dengan jelas apa yang membuatnya penasaran.

Di sana... di pujung ruang praktikum anatomi, duduk di kursi yang biasa dipakai mahasiswa untuk duduk ketika praktikum adalah...

Seorang gadis berpakaian putih dan rambut hitam sepanjang pinggang yang tergerai menutupi wajahnya bak Sadako di film the ring ataupun hantu cewek di film the grudge.

Gadis atau setan itu melihat ke arah Rika, saat itu Rika tidak bisa melihat dengan jelas lagi karena tidak ada kilat... tapi di remang -
remang cahaya lilin, Rika tahu hantu itu berdiri dan mendekatinya.

Sesaat Rika tidak bisa bergerak. Dia hanya terpaku melihat bayangan gadis hantu itu mendekat.

Lalu kilat menyambar lagi dan kali ini Rika melihat wajah gadis hantu tersebut.

Wajahnya putih pucat, bibirnya semerah darah dan ada lingkarang hitam di sekeliling matanya...
Yang paling menakutkan....

Mata gadis itu putih semua tidak ada pupil hitam-nya.

“Waaaaaaaaaaaaaaaa” Rika menjerit. Dia menjatuhkan lilin yang dipegangnya dan berlari keluar dari ruang praktikum tanpa mempedulikan apa - apa lagi.

Dia berlari menuju pintu ruang praktikum. Dia berlari di koridor bagian anatomi yang terbuka.

Dia terus berlari... Sampai di ujung koridor, dekat pintu keluar bagaian anatomy, dia melihat cahaya api kecil.
Cahaya api kecil itu melayang - layang di udara. Bak hantu api di komik komik jepang.

Ada dua hantu api tersebut.

Baru saja Rika mau menjerit, Lampu menyala dan ada seruan

”SURPRISE”
rotten sherry
September 28, 2005, 16:32
Rika membiarkan matanya beradaptasi dengan cahaya terang yang tiba - tiba. Lalu dia melihat kedepan.

Yang pertama dilihatnya adalah kue ulang tahun dengan lilin berangka 2 dan 2 menyala di atasnya. Ternyata api lilin itulah yang tadi dikiranya hantu api.

Lalu dilihatnya teman baik sekaligus teman sekamarnya di asrama, Alexia, biasa dipanggil Alex. Gadis manis itulah yang sedang membawa kue ulang tahun tersebut.

Di belakang Alex ada teman - teman-nya yang lain dari asrama maupun teman teman sekalasnya yang tidak tinggal di asrama.
Ada Dr. Shanty, Dr. Grey dan Dr. Aria. Pak Joko dan Amir pun ada.
Mereka lalu serentak menyanyikan lagu ulang tahun.

"Loe kaget kan?" Tanya Alex ketika lagunya selesai. "Kita udah kerja sama dengan orang - orang di bagian anatomy untuk buat surprise buat loe." jelasnya

Emang sih dari pagi Rika sedih karena hanya dikit teman - teman-nya yang inget ultah-nya. Tapi itu nggak diambil pusing. Sekarang teman - temannya berada di sana memberinya surprise.

"Ya ampun.... Makasih." Kata nya memeluk Alex. "Jadi semua ini rencana kalian?"

"Iya." Jawab mereka serentak.

"Untuk nakut - nakutin gue?"

"Iya"

"Loe pada ngajak bowling biar gue kemaleman di ruang anatomy?" Tanyanya pada teman - teman-nya

"Iya." Jawab teman- teman-nya

"Trus Dr. Shanty agak maksa biar aku ngenyelesaikan tungkai atas hari ini juga bagian dari rencana?" tanyanya pada Dr. Shanty

"Iya" Jawab Dr. Shanty

"Trus mayat yang dikirim???"

"Harusnya di kirim tadi siang, tapi kami minta dikirim malem... biar tambah nyeremin suasana." Kata Dr. Grey.

"Mati lampu?"

"Kami yang matiin." kata Dr. Aria

"Suara keras seperti kemalingan?"

"Oh itu saya, biar Amir ada alasan keluar." Kata pak Joko.

"Lilin mati?"

"Huh?" semua melihat satu sama lain bingung. Sepertinya mereka tidak tahu perihal lilin.

"Hantu cewek di ujung ruangan?" Tanya Rika

"Loe ngomong apaan sih?" Tanya Alex

"Itu loh... hantu cewek mirip Sadako yang duduk di ujung ruangan." kata Rika. Dia merasa nggak enak. Kok sepertinya itu bukan bagian dari rencana.

"Gue nggak tahu masalah gituan... yang ngeset ruang praktikum itu Ridho..." Kata Alex

"Tapi gue nggak tau apa - apa tentang hantu cewek kayak Sadako." Kata Ridho.

"Mungkin putri kali yang ngakalin." dia berbalik pada cewek bernama Putri.

"Ah nggak kok. Gue nggak ngakalin yang kayak gitu...." Kata Putri.

"Trus itu siapa?? ato apa donk?" Tanya Rika. Sekali lagi dia merasa seluruh tubuhnya bergetar dan kakinya dingin

“ Rik....Rik...” Riba – tiba saja Alex memanggil Rika dengan suara bergetar dan mata ketakutan.

Semua yang ada di sana juga melihat ke belakang Rika, arah ruang praktikum, dengan mata ketakutan.

"Apa? Ada apa??" Tanya Rika yang juga ketakutan.

"I...Itu..." Alex menunjuk ke belakang Rika.
Rika melihat ke belakangnya dan melihat hantu sadako yang tadi dilihatnya di ruang praktikum berjalan mendekati mereka.

"WWWaaaaaa....." Sekali lagi Rika menjerit dan hendak lari, tapi ditahan oleh Alex dan yang lain-nya.
Mereka pun tertawa...

Saat itu, Rika tahu bahwa Sadako itu pun adalah rencana mereka.

"Sialan loe." Kata Rika.

Hantu Sadako itu tertawa dan melepas wig rambut panjangnya. Ternyata dia adalah Dina, teman sekelas Rika.

"Met ulang tahun ya Rik, Sorry agak keterlaluan." Kata Dina

“Tapi seru kan.” Kata Ridho.

"Ya udah, pestanya lanjutin di asrama aja..." Kata Dr. Aria.

"Kecuali kalian mau pesta ditemenin kadaver dan bau formalin." Kata Dr. Shanty.

Semua tertawa dan setuju untuk melanjutkan pestanya di asrama.

"Eh barang gue masih di ruang praktikum..." kata Rika. "Lex, temenin gue ambil yuk." ajak Rika.

Alex mengangkat bahu dan mengikuti Rika.

"Gue tungguin di sini deh." Kata Ridho. Dan Putri dan pak Joko juga ikut nemenin Ridho.

"Sialan Ridho... bukannya nemenin kita ke dalem." kata Alex ketika dia dan Rika sudah berjalan di koridor menuju ruang praktikum. "Pati takut tuh dia."

"ya udahlah... cuma bentar ini" kata Rika

Mereka memasuki ruang praktikum yang sekarang terang oleh lampu. Tapi suasanya
tetap saja mencekam. Alex bergidik.
"Cepet Rik... gila betah aja loe di sini... udah serem mana bau lagi." kata Alex

"Ye baru segini... Loe bayangin gimana tadi gue... kalo gue tadi pingsan gimana?"

"Loh kita kan tau loe nggak selemah itu... kita juga nggak keterlaluan untuk nakutin orang yang penakut banget." bela Alex

"Udah buruan."

"Iya iya..." Rika merapihkan alat - alat yang dipakainya untuk mengurus kadaver tadi, lalu membereskan barang - barang-nya sendiri.

"Krek..krek..krek..." ada suara seperti kuku mengaruk garuk kayu...

"Apa itu?" Tanya Alex hampir meloncat karena kaget.

“Kayaknya dari bangsal potong deh...” Kata Rika.

"Ih... kan yang ada disana cuma kadaver..." kata Alex. "Masa kadavernya bergerak?"

Rika ketawa.

"Kok loe ketawa sih?"

"Ini pasti perbuatan loe pada lagi kan?" kata Rika.

"Hah? Nggak"

"Alah jangan Bohong..."

"Ya ampun Rik, beneran... sumpe loe... lagian mana ada orang yang tahan lama - lama di bangsal potong??? orang bau formalin gitu... udah mati duluan kali." Alex mencoba meyakinkan Rika.

Rika mengerutkan dahi. Suara "krek krek" dari bangsal potong masih terus bersuara. Bener juga yang Alex bilang, pikir Rika.
Tapi dia masih kurnag yakin.

"Brak!!!" Saat itu juga ada suara keras yang mengagetkan kedua sahabat itu... keduanya melihat ke arah suara itu.

Tangan mayat baru yang tadinya ada disamping badanya di atas meja potong sekarang sudah setengah nggak diatas meja. Tanganya mengantung dari sisi meja.

"Rik, perasaan tadi pas kita masuk, tangan tuh mayat ada di atas meja dengan rapih deh." Kata Alex mendekati Rika.

"I..Iya... loe pasti ini bukan usul - usulan anak - anak???" Tanya Rika.

"Iya pasti... gue merinding nih" kata Alex ketakutan...

"Gue juga..." Kata Rika. Dia mengangkat ranselnya. "Keluar yuk."
Mereka melangkah ke pintu... dan mereka dikagetkan dengan suara bantingan yang keras.

Sekali lagi dengan tiba - tiba saja, Semua jendela yang berentetan di ruang praktikum terbuka dengan keras satu per satu dari ujung yang satu ke ujung yang lain.

"Brak...Brak...Brak...."

"Waaaa..."

Tanpa berkata apa - apa lagi kedua cewek itu lari meninggalkan ruang praktikum

"Kenapa loe berdua lari - larian begitu?" Tanya Ridho yang memang masih menunggu mereka di pintu keluar bagian anatomy.

"A...Ada hantu... " kata Rika.

"Su...suara dari bang...bangsal potong." Kata Alex
keduanya ngos - ngosan.

"Hantu? bangsal potong? apan sih?" Tanya Putri.

"Jend...jendela...terbuka...diri..." Kata Rika lagi, masih ngos - ngosan.

"Ah loe mau nakutin kita untuk ngebales kan." kata Ridho...

"Ng..Ngak" Alex mengelengkan kepalanya dan tanganya. "Dia nggak bohonh, gue nggak bohong... ada suara dari bangsal potong, trus mayatnya bergerak... trus jendela terbuka sendiri."
Ridho, Putri hanya tergencang. (Pak Joko udah nggak disana) Mashi bingung mau percaya ato nggak.

"Brak!!!" Suara keras sekali lagi, sepertinya saat ini pintu ruang praktikum yang tertutup dengan kencang.

"Mending kita pergi yuk." Kata Putri yang sekarang terlihat pucat.

"Iya... ayo!!" Sahut Rika. Dan mereka berempat pun meninggalkan bagian anatomy.

Setelah hari itu, Rika kapok untuk menunda tugas, apalagi tugas yang bersangkutan dengan berada di ruang anatomy.
Memang surprise ultahnya membuat dia senang. Tapi kejadian setelahnya yang buat dia trauma.

Kata pak Joko memang tidak jarang ada yang usil, tapi tidak berbahaya.

setelah saat itu, Rika nggak pernah lagi masuk ke ruang
praktikum anatomy selewat Maghrib...



the end.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar